Bisnis
Membuka Bisnis Pribadi Di Sekolah
Pada zaman sekarang peran dan fungsi sekolah memegang peranan yang sangat penting. Mobilitas kelas sosial dapat ditempuh salah satunya dengan sekolah. Untuk itu, tidak mengherankan sekolah-sekolah yang mampu menjembatani mobilitas kelas sosial sangatlah laku. Dalam keseharian, kita dapat menyaksikan orang tua rela menjual hartanya hanya untuk anaknya bersekolah di sekolah favorit.
Kesadaran masyarakat akan pentingnya bersekolah untuk kecakapan hidup seseorang menambah nilai dari sekolah. Fenomena sosial di masyarakatnya memicu tumbuh kembangnya bisnis sekolah. Pendirian sekolah dimana-mana bak jamur di musim penghujan.
Persoalan timbul manakala ada beberapa sekolah yang kekurangan siswanya, tapi di sekolah yang lain jumlah siswanya melebihi kapasitas daya tampungnya. Bagaimana ini bisa terjadi? Bisnis disekolah berbeda dengan bisnis perdagangan barang. Bisnis disekolah mengutamakan pelayanan atau jasa. Sedangkan bisnis perdagangan barang mengutamakan kualitas barang. Artinya bentuk pelayanan menentukan keberhasilan dari bisnis disekolah. Pertanyaannya sekarang, faktor-faktor apa saja yang dapat “menggagalkan” bisnis sekolah?
Ada dua faktor prinsip yang menjadikan sekolah yang kita dirikan tidak berkembang. Pertama, kebiasaan menyalahkan orang lain dan sering membuat alasan. Misalnya menyalahkan sistem pendidikan nasional, menyalahkan gurunya yang kurang cerdas, menyalahkan situasi sekolah yang kurang nyaman dan lain sebagainya. Kedua, optimalisasi dan efisiensi.
Artinya segala sesuatunya berawal dari yang kecil, tepat guna dan konsisten. Jangan berfikir strategi jika belum konsisten. Cara yang paling efektif supaya sekolah yang kita dirikan yaitu dengan membentuk the winning team, lebih baik menonjolkan salah satu kekuatan secara bersama-sama sebagai pembeda dengan sekolah lain daripada biasa-biasa saja di segala bidang. Misalnya menonjol di kegiatan ektrakulikulernya, bagus di metode bahasa asingnya, dan lain sebagainya.
Menghadapi awal tahun ajaran baru, hampir semua sekolah melakukan upaya marketing. Tapi hasilnya setiap sekolah berbeda-beda. Biasanya sekolah menyalahkan faktor ekonomi seperti turunnya daya beli menjadi alasan kurannya siswa.
Padahal yang terjadi adalah melemahnya daya jual. Sekolah seringkali tidak sungguh-sungguh dalam marketing. Waktu dan tenaga banyak dihabiskan mengurus konten program atau kurikulum yang menjadi ruh pendidikan. Namun masalah komunikasi atau marketing jarang di garap secara serius. Intinya bicara bisnis disekolah, bicara marketing.